Rabu, 16 September 2009

MENUNAIKAN ZAKAT

Landasan Pembahasan

وَاَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ {البقرة : 43}

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk (QS. Al-Baqarah [2] 43)

وَاَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلاَّ قَلِيْلاً مِنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُعْرِضُوْنَ {البقرة : 83}

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling (QS. Al-Baqarah [2] 83)

وَاَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْا الزَّكَاةَج وَمَا تُقَدِّمُوْا ِلأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللهِقلى اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ {البقرة : 110}

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah [2]110)

Perintah Wajib Menunaikan Zakat

Perintah wajib menunaikan zakat dalam Al-Qur'an selalu digambarkan dengan kata " ءَاتُوْا = ”Aatu" yaitu suatu kata yang dari akarnya dapat dibentuk berbagai macam kata dan mengandung berbagai macam makna, antara lain :

1. Istiqamah yaitu zakat dikeluarkan dengan sikap istiqamah _lurus dan jujur __ sehingga tidak terjadi kecurangan.

2. Cepat-cepat, yaitu bercepat-cepat dalam mengeluarkan zakat, dalam arti tidak menunda-nunda pembayaran zakat hingga waktunya habis.

3. Sempurna yaitu zakat dikeluarkan dengan sempurna atau utuh tanpa ada pengurangan yang berakibat kurangnya hak-hak para mustahiq.

4. Memudahkan yaitu memudahkan jalannya penerimaan zakat.

5. Membawa dan mengantar, yaitu membawa dan mengantarkan zakat kepada para mustahiq, sehingga tidak terjadi semacam pameran kemiskinan dihadapan publik.

6. Menyetujui yaitu orang yang menunaikan zakat melakukan dengan ikhlas, semata-mata karena Allah, tanpa ada unsur paksaan.

7. Agung dan bijaksana yaitu orang yang menjalankan petunjuk ini adalah orang yang agung dan bijaksana.

FUNGSI ZAKAT

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْصلى اِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْقلى وَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ {التوبة : 103}

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,1 dengan zakat itu kamu membersihkan2 dan mensucikan3 mereka, dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'amu itu menjadi ketenangan jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah [9] : 103)

يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَى وَيُرْبِى الصَّدَقَاتِقلى وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ اَثِيْمٍ{البقرة : 276}

Allah memusnahkan riba4 dan menyuburkan sedekah5. Dan Allah tidak menyukai orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. Al-Baqarah [2] 276)

..... كَيْ لاَ يَكُوْنَ دُوْلَةً بَيْنَ اْلأَغْنِيَآءِ مِنْكُمْ..... {الحشر : 7}

..... supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu ..... (QS. Al-Hasyr [59] : 7)

[1]. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka maksudnya adalah perintah mengambil zakat dari harta orang-orang munafiq yang telah bertobat, sebagaimana mengambil dari kaum muslimin. supaya mereka jadi bersih dan belajar ikhlas dengan mengeluarkan zakat.

2. Membersihkan maksudnya adalah zakat dapat membersihkan dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan terhadap harta.

3. Mensucikan maksudnya adalah zakat dapat mensucikan diri dari sifat-sifat tercela seperti tamak; dan dapat menumbuh suburkan sifat-sifat terpuji, seperti dermawan dan kasih sayang.

4. Memusnahkan riba maksudnya memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya.

5. Menyuburkan sedekah (zakat) maksudnya Allah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.

6. Agar harta beredar secara merata dan adil di tengah-tengah masyarakatdi, dan tidak hanya beredar antara orang-orang kaya saja.

‘IDUL FITRI

Kata ‘Id berarti kembali, sedangkan fitri berarti asal kejadian atau kesucian. Dalam pandangan Islam, asal kejadian manusia adalah suci dan bersih, tanpa noda dan dosa. Namun dalam perjalanan hidupnya, manusia tidak dapat menghindar dari hembusan angin yang menebarkan debu-debu yang dapat mengotori bagian-bagian yang pada mulanya bersih, lalu menjadi kotor.

Kotor yang terjadi akibat perbuatan dosa mengakibatkan manusia jauh dari posisinya semula, yaitu hamba yang dekat dengan Allah. Hal ini dapat dipahami dari peristiwa Adam dan Hawa ketika Allah berpesan seperti yang ditegaskan dalam Al-Qur’an ayat 35 : “dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. kata “ini” dalam ayat tersebut menunjukkan, bahwa Allah dengan Adam dan Hawa adalah dekat.

Namun, begitu keduanya melanggar perintah Allah, yaitu “Adam dan Hawa mendekati pohon larangan”, maka mulai saat itu posisi Allah menjadi jauh, seperti yang tergambar dalam teguran Allah dalam pertanyaan retorik dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 22 berikut ini : "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua mendekati pohon itu?" kata “itu” dalam ayat tersebut menunjukkan, bahwa Allah dengan Adam dan Hawa adalah jauh.

Dari peristiwa Adam dan Hawa dapat dipahami, bahwa manusia pada mulanya adalah suci sehingga posisinya dekat dengan Allah, namun dalam perjalanan mengarungi kehidupan menjadi jauh dengan Allah akibat noda dan dosa. Dalam posisi jauh, Allah memberikan peluang kepada kita untuk senantiasa berdekatan kembali dengan-Nya dengan cara “bertobat” karena Allah Maha penerima tobat. Renungkan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 37 : “kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”.

Perlu diketahui, bahwa salah satu arti “tobat” adalah “kembali”. Dan kembali berarti gerak langkah yang telah ditempuh selama bulan suci ramadhan, sehingga pada akhirnya kita kembali kepada fitrah yang disimbolisasikan dengan perayaan “’Idul Fitri”. Dalam merayakannya dikumandangkan suara takbir, tahmid dan tahlil serta salat hari raya sebagai cerminan kedekatan kepada Allah dan shilaturrahim sebagai langkah perjuangan memperkokoh tali persaudaraan sesama manuisia.

Salah satu kalimat yang populer diucapkan dalam Idul Fitri adalah “Minal ‘Aaidiin wal faa iziin”, yang berfungsi sebagai do’a. Bila kita salin ke dalam bahasa Indonesia adalah : “Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali kepada kesucian (fitrah) dan tergolong orang-orang yang sukses meraih kebahagiaan dunia akhirat”.

Akhirnya kita berdo’a, semoga kita termasuk golongan yang diseru oleh Allah dalam firman-Nya surat Al-Fajr ayat 27-30 berikut ini. “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku”. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya