Rabu, 16 September 2009

MENUNAIKAN ZAKAT

Landasan Pembahasan

وَاَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ {البقرة : 43}

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk (QS. Al-Baqarah [2] 43)

وَاَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلاَّ قَلِيْلاً مِنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُعْرِضُوْنَ {البقرة : 83}

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling (QS. Al-Baqarah [2] 83)

وَاَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْا الزَّكَاةَج وَمَا تُقَدِّمُوْا ِلأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللهِقلى اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ {البقرة : 110}

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah [2]110)

Perintah Wajib Menunaikan Zakat

Perintah wajib menunaikan zakat dalam Al-Qur'an selalu digambarkan dengan kata " ءَاتُوْا = ”Aatu" yaitu suatu kata yang dari akarnya dapat dibentuk berbagai macam kata dan mengandung berbagai macam makna, antara lain :

1. Istiqamah yaitu zakat dikeluarkan dengan sikap istiqamah _lurus dan jujur __ sehingga tidak terjadi kecurangan.

2. Cepat-cepat, yaitu bercepat-cepat dalam mengeluarkan zakat, dalam arti tidak menunda-nunda pembayaran zakat hingga waktunya habis.

3. Sempurna yaitu zakat dikeluarkan dengan sempurna atau utuh tanpa ada pengurangan yang berakibat kurangnya hak-hak para mustahiq.

4. Memudahkan yaitu memudahkan jalannya penerimaan zakat.

5. Membawa dan mengantar, yaitu membawa dan mengantarkan zakat kepada para mustahiq, sehingga tidak terjadi semacam pameran kemiskinan dihadapan publik.

6. Menyetujui yaitu orang yang menunaikan zakat melakukan dengan ikhlas, semata-mata karena Allah, tanpa ada unsur paksaan.

7. Agung dan bijaksana yaitu orang yang menjalankan petunjuk ini adalah orang yang agung dan bijaksana.

FUNGSI ZAKAT

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْصلى اِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْقلى وَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ {التوبة : 103}

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,1 dengan zakat itu kamu membersihkan2 dan mensucikan3 mereka, dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'amu itu menjadi ketenangan jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah [9] : 103)

يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَى وَيُرْبِى الصَّدَقَاتِقلى وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ اَثِيْمٍ{البقرة : 276}

Allah memusnahkan riba4 dan menyuburkan sedekah5. Dan Allah tidak menyukai orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. Al-Baqarah [2] 276)

..... كَيْ لاَ يَكُوْنَ دُوْلَةً بَيْنَ اْلأَغْنِيَآءِ مِنْكُمْ..... {الحشر : 7}

..... supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu ..... (QS. Al-Hasyr [59] : 7)

[1]. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka maksudnya adalah perintah mengambil zakat dari harta orang-orang munafiq yang telah bertobat, sebagaimana mengambil dari kaum muslimin. supaya mereka jadi bersih dan belajar ikhlas dengan mengeluarkan zakat.

2. Membersihkan maksudnya adalah zakat dapat membersihkan dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan terhadap harta.

3. Mensucikan maksudnya adalah zakat dapat mensucikan diri dari sifat-sifat tercela seperti tamak; dan dapat menumbuh suburkan sifat-sifat terpuji, seperti dermawan dan kasih sayang.

4. Memusnahkan riba maksudnya memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya.

5. Menyuburkan sedekah (zakat) maksudnya Allah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.

6. Agar harta beredar secara merata dan adil di tengah-tengah masyarakatdi, dan tidak hanya beredar antara orang-orang kaya saja.

‘IDUL FITRI

Kata ‘Id berarti kembali, sedangkan fitri berarti asal kejadian atau kesucian. Dalam pandangan Islam, asal kejadian manusia adalah suci dan bersih, tanpa noda dan dosa. Namun dalam perjalanan hidupnya, manusia tidak dapat menghindar dari hembusan angin yang menebarkan debu-debu yang dapat mengotori bagian-bagian yang pada mulanya bersih, lalu menjadi kotor.

Kotor yang terjadi akibat perbuatan dosa mengakibatkan manusia jauh dari posisinya semula, yaitu hamba yang dekat dengan Allah. Hal ini dapat dipahami dari peristiwa Adam dan Hawa ketika Allah berpesan seperti yang ditegaskan dalam Al-Qur’an ayat 35 : “dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. kata “ini” dalam ayat tersebut menunjukkan, bahwa Allah dengan Adam dan Hawa adalah dekat.

Namun, begitu keduanya melanggar perintah Allah, yaitu “Adam dan Hawa mendekati pohon larangan”, maka mulai saat itu posisi Allah menjadi jauh, seperti yang tergambar dalam teguran Allah dalam pertanyaan retorik dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 22 berikut ini : "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua mendekati pohon itu?" kata “itu” dalam ayat tersebut menunjukkan, bahwa Allah dengan Adam dan Hawa adalah jauh.

Dari peristiwa Adam dan Hawa dapat dipahami, bahwa manusia pada mulanya adalah suci sehingga posisinya dekat dengan Allah, namun dalam perjalanan mengarungi kehidupan menjadi jauh dengan Allah akibat noda dan dosa. Dalam posisi jauh, Allah memberikan peluang kepada kita untuk senantiasa berdekatan kembali dengan-Nya dengan cara “bertobat” karena Allah Maha penerima tobat. Renungkan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 37 : “kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”.

Perlu diketahui, bahwa salah satu arti “tobat” adalah “kembali”. Dan kembali berarti gerak langkah yang telah ditempuh selama bulan suci ramadhan, sehingga pada akhirnya kita kembali kepada fitrah yang disimbolisasikan dengan perayaan “’Idul Fitri”. Dalam merayakannya dikumandangkan suara takbir, tahmid dan tahlil serta salat hari raya sebagai cerminan kedekatan kepada Allah dan shilaturrahim sebagai langkah perjuangan memperkokoh tali persaudaraan sesama manuisia.

Salah satu kalimat yang populer diucapkan dalam Idul Fitri adalah “Minal ‘Aaidiin wal faa iziin”, yang berfungsi sebagai do’a. Bila kita salin ke dalam bahasa Indonesia adalah : “Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali kepada kesucian (fitrah) dan tergolong orang-orang yang sukses meraih kebahagiaan dunia akhirat”.

Akhirnya kita berdo’a, semoga kita termasuk golongan yang diseru oleh Allah dalam firman-Nya surat Al-Fajr ayat 27-30 berikut ini. “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku”. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Jumat, 28 Agustus 2009

HINDARI SYIRIK

Oleh

Sirajuddin Syamsul Arifin


1. Dasar Pembicaraan

Sesungguhnya “Allah tidak akan mengampuni dosa syirik”, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa

yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

(QS. An-Nisaa' [4] : 48)

“Allah tidak akan mengampuni dosa syirik”, maksudnya apabila perbuatan syirik itu tetap dilakukan dan bahkan masih akan dilakukan, maka Allah tidak akan mengampuni dosa syirik itu. Tetapi apabila perbuatan syirik itu ditinggalkan dan ada niat yang sungguh-sungguh untuk tidak melakukan lagi, maka Allah akan mengampuninya. Allah Maha Pengampun dan Allah Maha Penerima tobat.

Dan seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah

dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.

(QS. Al-An'am [6] :88)

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu : Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang rugi.

(QS. Az-Zumar [39] : 65)

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu dia memberi pelajaran kepadanya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezalian yang amat besar.

(QS. Luqman [31] : 13)

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah

mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,

tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

(QS. Al-Maa-idah [5] : 72)

Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang yang melakukan syirik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.

Mereka itu seburuk-buruk makhluk.

(QS. Al-Bayyinah [98] : 6)

2. Syirik Secara Umum

“Kecondongan untuk bersandar pada sesuatu atau seseorang selain Allah”

Sabda Nabi :

Dari Ibnu Abbas ia berkata : Seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw, : "Sesuatu itu terjadi atas kehendak Allah dan kehendakmu". Mendengar perkataan laki-laki itu

lalu Rasulullah saw, bersabda : Apakah engkau telah menjadikan aku sekutu

bagi Allah? Katakanlah : "Sesuatu itu terjadi atas kehendak Allah semata".

(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah) [1]

3. Jenis-Jenis Syirik

uSyirkul Ilmi. Adanya sikap mengagungkan ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang Maha atas segalanya. Bahkan sering terjadi pelakunya memperlihatkan sikap tidak mempercayai ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Allah. Syirik ini banyak terjadi dikalangan ilmuwan. Sebagai salah satu contoh, mereka mengatakan dengan penuh keyakinan, bahwa manusia berasal dari kera. Contoh lain, dengan angkuh mereka mengatakan, bahwa kesuksesan yang mereka raih, hanya karena ilmu yang mereka miliki.

Contoh dalam Al-Qur’an :

“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah

membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan

lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada

orang-orangyang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

(QS.Al-Qashash [28] : 78)

vSyirkut Tasarruf. Adanya sikap berlebih-lebihan dalam memuliakan sesuatu, baik disadari atau tidak oleh pelakunya, sehingga menghilangkan aqidah tauhid, bahwa segala sesuatu berada dalam kendali Allah. Pelakunya biasanya percaya adanya perantara yang diyakini mempunyai kekuasaan atau kekuatan untuk terjadinya sesuatu. Contoh : Percaya pada jimat, percaya pada dukun, percaya pada tukang tenung (juru terka), percaya bahwa Nabi Isa adalah anak Allah, percaya patung sebagai sesembahan dan lain sebagainya yang sejenis.

Contoh Dalam Hadis Nabi :

Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya ruqyah, tangkal dan guna-guna adalah termasuk syirik. Mereka bertanya : Wahai Abu Abdirrahman! Ruqyah dan tangkal ini kami telah

mengenalnya; apakah guna-guna itu? Rasulullah menjawab : Yaitu

sesuatu yang biasa dilakukan oleh kaum wanita supaya dengan

guna-guna mereka tetap dicintai suaminya.

(HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[2]

Dari Zainab isteri Abdillah, diterima dari Abdullah ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya ruqyah, tangkal dan guna-guna adalah termasuk perbuatan syirik. Zainab berkata, saya bertanya : Mengapa engkau mengatakan

ini? Demi Allah, sungguh mataku terasa terlempar (bergoyang-goyang), maka

aku datang kepada si Fulan seorang yahudi, lalu ia meruqyah aku, dan setelah

ia meruqyahku, maka mataku menjadi tenang (normal kembali). Abdullah

berkata :Itu hanyalah perbuatan setan yang digerakkan secepat-cepatnya

dengan tangannya, dan ketika ia meruqyah ia tahan secara tiba-tiba.

Sesungguhnya cukuplah engkau membaca do'a seperti yang dibaca

Rasulullah : Hilangkan kesusahan (penyakit), dan sembuhkanlah,

Engkaulah Yang MahaPenyembuh, tiada kesembuhan selain

kesembuhan yang datang dari-Mu, yaitu kesembuhan

yang cepat dan tiada meninggalkan penyakit.

(HR. Abu daud : 3883) [3]

Dari Nafi’, diterima dari Shafiyah, dari sebagian isteri Nabi saw., diterima dari Nabi saw., beliau bersabda : Barangsiapa yang datang kepada tukang tenung (juru terka, tukang ramal) untuk menanyakan sesuatu, maka salatnya tidak diterima selama 40 malam.

(HR. Al-Baihaqi : 16510) [4]

Dari Aisyah ra., ia berkata : Saya katakan, wahai Rasulullah! Sesungguhnya tukang tenung itu kadang-kadang bercerita tentang sesuatu kepada kami dan ternyata

benar. Rasulullah bersabda : Kalimat itu berasal dari yang benar yang diambil

secara tergesa-gesa (disambar) oleh bangsa jin, lalu disampaikan secara

tergesa-gesa pula (dilemparkan) ke telinga kekasihnya, kemudian

kalimat itu ditambah, sehingga (kesalahannya) lebih

banyak dari seratus kebohongan.

(HR. Al-Baihaqi : 16511) [5]

w Syirkul Adah. Adanya kepercayaan terhadap sesuatu tertetu yang menurut adat kebiasaan dikalangan tertentu diyakini akan mendatangkan sesuatu yang baik atau yang buruk, sehingga menghilangkan aqidah tauhid, bahwa segala sesuatu sesungguhnya terjadi dan akan terjadi menurut takdir atau ketentuan Allah. Pelakunya biasanya percaya terhadap tahayyul. Contoh : Percaya bahwa angka 13 membawa sial. Jangan bepergian hari sabtu. Jangan melaksanakan perkawinan pada hari-hari tertentu. Menempelkan gambar di kendaraan supaya selamat, dan sebagainya. Jenis syirik 1, 2, dan 3 termasuk syirik akbar (syirik besar), disebut juga syirik I’tiqadi, yang pelakunya keluar dari barisan Islam, dan dapat dibersihkan hanya dengan tobat nashuha.

x Syirkul Ibadah. Menjalankan ibadah disamping karena Allah, juga karena sesauatu selain Allah, atau menjalankan ibadah berdasarkan riya’. Syirik ini juga disebut syirik ashghar (syirik kecil). Atau disebut juga dengan syirik khafi (syirik samar) [6]. Pelakunya tidak sampai dinyatakan keluar dari barisan agama Islam. Contoh : Mengerjakan salat Tahajud karena Allah dan karena ingin naik jabatan. Baca Al-Qur’an karena Allah dan juga karena ingin dikagumi pendengar.

Firman Allah :

"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh

dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun

dalam beribadat kepada Tuhannya".

(QS. Al-Kahfi [18] : 110)

Perbedaan Beraqidah Tauhid Dan Perbuatan Syirik

Efek Perbuatan Syirik

Efek Beraqidah Tauhid

1 Memiliki pandangan yang sempit, sebagai dampak dari keyakinannya terhadap yang memiliki keterbatasan, Yaitu Makhluq.

2 kehilangan harga diri karena berhajat atau menggantungkan harapannya kepada makhluk.

3 Congkak dan kufur nikmat karena semua yang ada pada dirinya diyakini sebagai hasil kecakapannya.

4 Jauh dari kesucian jiwa dan amal saleh karena tunduk kepada hawa nafsu yang selalu menggiring kepada dosa.

5 Mudah berputus asa karena bersandar kepada kekuatan yang terbatas.

6 Tidak mampu menembus tantangan dan rintangan karena energi yang dimiliki sangat lemah akibat keyakinan yang terpecah.

7 Mempunyai sikap penakut karena takut kehilangan yang dianggap miliknya, dan bisa terjadi atas kehendak siapapun.

8 Bersifat dengan sifat-sifat tercela seperti rakus, dengki, zalim dll.

9 Melanggar undang-undang Allah.

10 Dapat murka Allah, dan akan hidup menderita dalam neraka.

1 Memiliki pandangan yang luas, sebagai dampak dari keyakinannya terhadap yang memiliki ke Mahaan yang tidak terbatas, yaitu Khaliq.

2 Memilik harga diri yang tinggi karena hanya berhajat kepada Allah.

3 Rendah hati dan bersyukur karena semua yang ada pada dirinya diyakini sebagai karunia Allah.

4 Dekat kepada kesucian jiwa dan amal saleh karena hanya tunduk kepada Allah yang cinta kesucian dan amal saleh.

5 Memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena mempunyai harapan kepada Allah.

6 Mampu menembus tantangan dan rintangan karena memiliki energi yang sangat dahsyat yang bersumbar dari kekuatan Allah.

7 Mempunyai sikap berani karena segala sesuatu itu milik Allah dan bisa terjadi hanya atas kehendak-Nya.

8 Bersifat dengan sifat-sifat terpuji seperti qana'ah, dermawan, kasih sayang dll.

9 Taat dan patuh terhadap undang-undang Allah.

10 Dapat rido Allah, dan akan hidup bahagia dalam surga.



[1]. Hadis Nabi lengkapnya :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ r مَا شَآءَ اللهُ وَشِئْتَ،

فَقَالَ : اَجَعَلْتَنِيْ ِللهِ نِدًّا؟ قُلْ : مَا شَآءَ اللهُ وَحْدَهُ

{رواه النسائي وابن ماجه}

[2]. Ibnu ‘Athaillah, Hikam, Terjemah oleh Labib MZ, Hakekat Ma’rifat, CV. Bintang pelajar, tanpa tahun, hal. 1043. Hadis Nabi lengkapnya :

عَنِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ r يَقُوْلُ : اِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ، قَالُوْا : يَا اَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ! هَذِهِ الرُّقَى وَالتَّمَائِمُ قَدْ عَرَفْنَاهَا، فَمَاالتِّوَلَةُ؟ قَالَ : شَيْءٌ يَصْنَعُهُ النِّسَاءُ يَتَحَبَّبْنَ بِهِ اِلَى اَزْوَاجِهِنَّ

{رواه ابن حبان والحاكم}

[3]. Hadis Nabi lengkapnya :

عَنْ زَيْنَبَ امْرَأَةِ عَبْدِ اللهِ عَن عَبْدِ اللهِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ r يَقُوْلُ : اِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ، قَالَتْ قُلْتُ : لِمَ تَقُوْلُ هَذَا؟ وَاللهِ لَقَدْ كَانَتْ عَيْنِيْ تَقْذِفُ فَكُنْتُ اخْتَلِفُ اِلَى فُلاَنٍ الْيَهُوْدِيِّ يَرْقِيْنِيْ

فَاِذَا رَقَانِيْ سَكَنَتْ. فَقَالَ عَبْدُ اللهِ : اِنَّمَا ذَالِكَ عَمَلُ الشَّيْطَانِ كَانَ يَنْخُسُهَا بِيَدِهِ فَاِذَا رَقَاهَا

كَفَّ عَنْهَا، اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكِ اَنْ تَقُوْلِيْ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ r يَقُوْلُ : اَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِ

اَ نْتَ الشَّافِيْ لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً عَاجِلاً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

{رواه ابو داود : 3883}

[4]. Hadis Nabi lengkapnya :

عَنْ نَافِعٍ عَنْ صَفِيَّةَ عَنْ بَعْضِ اَزْوَاجِ النَّبِيِّ r عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ :

مَنْ اَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً

{رواه البيهقي : 16510}

[5]. Hadis Nabi lengkapnya :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ! اِنَّ الْكُهَّانَ قَدْ يُحَدِّثُوْنَنَا بِالشَّيْءِ فَيَكُوْنُ حَقًّا، قَالَ : تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيَقْذَفُهَا فِيْ اُذُنِ وَلِيِّهِ فَيَزِيْدُ فِيْهَا اَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذِبَةٍ {رواه البيهقيْ : 16511}

[6]. Hadis Nabi : اَلرِّيَاءُ شِرْكُ الْخَفِيْ