Suatu ketika Umar bin Khattab datang kepada Rasulullah saw. sambil menangis tersedu-sedu. Melihat Umar menangis dengan wajah yang sangat sedih, Rasulullah saw, heran lalu bertanya : Apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis wahai sahabatku? Umar menjawab : Di pintu rumahku ada seorang anak muda yang sedang menangis dengan suara yang sangat keras. Begitu sedih tangisnya, sehingga hatiku terbakar larut dalam kesedihan karenanya. Mendengar jawaban Umar, beliau bersabda : Wahai sahabatku, cobalah hadapkan dia kepadaku. Memenuhi permintaan beliau, Umar pulang menjemput anak muda itu. Dia kembali menghadapnya dengan membawa anak muda yang masih terus menangis dengan sangat sedihnya. Begitu anak muda tersebut tiba di hadapan Rasulullah, beliau bersabda : Wahai anak muda! Masa depanmu masih panjang. Apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis seperti ini? Dengan kepala tertunduk, anak muda itu menjawab: Tangisku adalah tangisan dosa ya Rasulullah. Begitu besar dosaku kepada Allah, sehingga aku takut akan murka-Nya serta murka utusan-Nya. Beliau terdiam sejenak lalu bertanya : Wahai anak muda! Apakah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu? Tidak, jawab anak muda itu. Beliau bertanya lagi : Apakah engkau membunuh orang tanpa hak? Pemuda itu menggelengkan kepala. Selanjutnya Beliaumemberikan harapan dengan sabdanya : Kalau begitu, Allah akan mengampuni dosamu walaupun besarnya sepenuh tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Pemuda itu tercengang dan berkata : Dosaku lebih besar dari tujuh lapis langit dan gunung-gunung yang tinggi ya Rasulullah. Beliau bertanya lagi : Dosamukah yang lebih besar atau kursi Allah? Pemuda itu memberikan jawaban dengan pasti : Dosaku lebih besar ya Rasulullah. Beliau bertanya lagi : Apakah dosamu lebih besar dari Arsy Allah? Pemuda itu menjawab sambil terus menangis tersedu-sedu : Saya yakin dosaku lebih besar ya Rasulullah. Beliau menyampaikan pertanyaan terakhirnya : Apakah dosamu lebih besar juga dari Allah dan rahmat kasih sayang-Nya? Pemuda itu berpikir sejenak lalu menjawab : Allah dan rahmat kasih sayang-Nya lebih besar ya Rasulullah. Selanjutnya beliau bersabda : Kalau begitu, ceritakanlah perbuatan dosamu itu. Pemuda itu berkata : Aku malu kepadamu ya Rasulullah. Beliau bersabda : Kenapa mesti malu kepadaku? Janganlah engkau punya perasaan demikian. Ceritakanlah wahai anak muda. Akhirnya anak muda itu berkisah dimulai dengan perlahan-lahan mengangkat kepala menghadap ke arah Rasulullah, lalu ia berkata : Wahai kekasih Allah, sejak usiaku mencapai tujuh tahun, pekerjaanku membongkar kuburan orang-orang yang baru meninggal dunia dan aku mencuri kain kafannya. Pada suatu hari ada seorang gadis anak salah seorang sahabat Anshar meninggal dunia. Begitu selesai dikuburkan dan makam sudah sepi, aku bongkar kuburannya, lalu aku tukar kain kafannya. Anak itu adalah seorang gadis yang sangat cantik dan tampaknya betul-betul masih perawan. Aku tergoda oleh nafsu birahi tersesat. Aku terseret oleh bujuk rayuan setan. Aku segera kembali ke kuburan dan mayat itu aku setubuhi. Dalam keadaan begitu, terdengarlah suara, seolah-olah gadis itu menjerit, mengoyak jantungku. “Wahai anak muda! Apakah engkau tidak malu di pengadilan Allah?. Pada hari itu, hak orang yang teraniaya dituntutkan atas penganiayanya. Betapa kejam hatimu membiarkan aku telanjang bulat di tengah-tengah lingkungan orang-orang mati. Engkau membuat aku junub di hadapan Allah, padahal aku sudah dimandikan dan disalatkan”. Inilah perbuatan dosa yang sangat besar ya Rasulullah. Sejak hari itu aku menangis terus menerus sampai detik ini.
Mendengar kisah anak muda, serta merta Rasulullah bangkit menghardiknya dengan marah sambil memalingkan muka karena jijik, seraya berkata : Hai fasik! Pergilah engkau dari hadapanku. Tidak ada balasan yang setimpal bagimu kecuali neraka. Menyimak hardikan Rasulullah, anak muda itu pergi terhuyung-huyung seraya meratap. Ia berkeliaran di tengah-tengah padang pasir, tujuh hari tujuh malam tidak makan, tidak minum dan sama sekali tidak tidur. Mukanya ditelungkupkan terus menerus bersujud di atas pasir, baik pada saat siang hari terik matahari menusuk, maupun dikala dinginnya hawa malam telah datang. Dia menangis kepada Allah sambil mengadu : Ya Allah, aku adalah hamba-Mu yang penuh noda dan dosa. Kesalahanku amat besar yang tiada terkira. Aku telah datang ke pintu rumah utusan-Mu agar beliau sudi memberi syafaat dihadapan-Mu kelak. Namun begitu mendengar kisah perbuatan dosaku yang amat keji itu, beliau berpaling karena muak dan jijik mendengarnya. Aku diusir mentah-mentah. Kini aku datang menghadap-Mu ya Allah, aku mengetuk pintu ampunan-Mu agar Engkau berkenan mengampuni dosaku dan memberikan syafaat di hadapan utusan-Mu. Tidak putus-putusnya harapanku kepada-Mu Yang Mahakasih dan Mahasayang. Andaikata Engkau juga tidak sudi menurunkan tirai ampunan-Mu, turunkanlah api membelah langit. Bakarlah aku dengan api-Mu di dunia fana ini sebelum aku dibakar di akhirat nanti.
Mendengar ratapan anak muda yang sungguh-sungguh itu, Allah mengutus malaikat Jibril __ Ruh qudus __ kepada Rasulullah. Kepada beliau, malaikat Jibril menyampaikan salam Allah, yang kemudian dijawabnya dengan ucapan : “Huwas salam, wa minhus salam wa ilaihi yarji’us salam” (Dialah yang memberi keselamatan, dari Dialah datang keselamatan, dan kepada Dia pulalah kembali keselamatan).
Ada beberapa pertanyaan yang datang dari Allah disampaikan malaikat Jibril kepada Rasulullah saw. yaitu : Wahai Muhammad! Apakah engkau yang menciptakan hamba-hamba-Ku? Beliau terkejut mendengar pertanyaan tersebut, lalu menjawab : Allah-lah yang menciptakan diriku dan menciptakan mereka. Jibril menyampaikan pertanyaan lagi : Apakah engkau yang berkuasa memberi rezeki kepada mereka? Beliau bertambah kaget, lalu menjawab : Sama sekali tidak, Allah-lah yang berkuasa memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada diriku. Jibril menyampaikan pertanyaan lagi : Apakah engkau yang berhak menerima tobat dan menghapuskan segala dosa dan kesalahan? Beliau menjawab : Tidak. Allah yang punya kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah yang berhak menerima tobat dan Dia pula yang berhak mengampuni dosa dan keselahana hamba-hamba-Nya.
Selanjutnya, malaikat Jibril menyambung dengan pesan Allah berikutnya : Allah berfirman kepadamu : “Telah Ku kirimkan salah seorang hamba-Ku kepadamu, dan dia telah memaparkan dosa-dosanya dengan sikap penyesalan yang sangat mendalam, kenapa engkau berpaling dengan sikap yang begitu menyakitkan? Bagaimana nanti seandainya datang hamba-hamba-Ku yang lain sambil memikul tumpukan dosa yang menggunung? Engkau Ku utus agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Janganlah kau terlantarkan hamba-hamba-Ku yang tergelincir kakinya kelembah dosa”.
Mendengar teguran langsung dari Allah, Rasulullah saw. sadar akan kekeliruannya. Beliau lalu menyuruh para sahabatnya mencari pemuda itu. Setelah beberapa lama para sahabat mencarinya, akhirnya pemuda itu ditemukan tengah bersujud dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Kepadanya disampaikan kabar gembira, bahwa dosanya telah diampuni. Para sahabat beramai-ramai membawa pemuda itu kehadapan Rasulullah. Beliau sangat gembira melihat umatnya telah mendapatkan rahmat kasih sayang Allah dengan rido dan ampunan-Nya.
Pada waktu itu, beliau melakukan salat meghrib. Para sahabat dan pemuda itu berbaris dalam saf yang tertib menjadi makmum di belakangnya. Tatkala Rasulullah saw. sedang membaca surat At-Takatsur setelah surat Al-Fatihah, pada ayat yang berbunyi “Hatta zurtumul maqaabir” terdengarlah jeritan yang keluar dari mulut pemuda itu, ternyata dia telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, menghadap Allah Yang Mahakasih dan Mahasayang.[i]
Kisah di atas memberikan informasi kepada kita, bahwa sebesar apapun dosa seseorang, apabila ia bertobat dengan sungguh-sungguh yang disertai adanya kesadaran diri serta meneteskan air mata tobat, menangis kepada Allah memohon ampunan-Nya, pasti dosanya akan diampuni. Tobat yang demikian itu dalam Al-Qur’an dikenal dengan ”tobat nashuuha” , yaitu tobat yang semurni-murninya, dibarengi adanya kejujuran dan keikhlasan, sehingga setelah bertobat ia tidak akan kembali kepada perbuatan dosa lagi.[ii] Allah menyeru kita dalam fiman-Nya : Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kamu kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya (nashuuha), mudah-mudahan Tuhan kami akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”.[iii]
Allah Yang Maha Pengampun selalu membuka pintu tobat dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi semua hamba-Nya yang hendak meraih kembali kesucian seperti yang telah diperoleh pada saat baru dilahirkan dari rahim seorang ibu. Allah membuka pintu tobat sepanjang masa. Dari malam hari hingga terbit matahari. Dan dari terbit matahari hingga fajar terbit kembali.
Suatu ketika Abu Musa berkisah, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah telah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat dari kesalahan dan dosa yang dilakukan pada siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat dari keselahan dan dosa yang dilakukan pada malam hari hingga matahari terbit dari tenggelamnya”.[iv] Dalam kitab suci Al-Qur’an diilustrasikan : “Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat. Dan bahwasanya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” [v]
Kata tobat dalam keseharian sering kita dengar, yang dalam bahasa Indonesia berarti “kapok” atau “jera”, sehingga tidak berani lagi melakukan perbuatan yang sama, karena merasa sangat kecewa oleh perbuatan yang telah dikerjakan itu. Arti ini senada dengan sabda Rasulullah saw. : “Kapok itu adalah tobat”.[vi]
Dalam bahasa Arab, kata tobat berasal dari kata “ta-wa-ba” yang salah satu artinya adalah “kembali”. Arti ini senada dengan maksud firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an : “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut[vii] (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku”.[viii] Oleh karena itu, kata tobat mengandung pengertian penggambaran sebuah aktivitas yaitu gerak kembali kepada kesucian (fitrah). Gerak kembali itu didorong oleh fitrah manusia yang bersumber dari hati nurani yang selalu mengajak untuk mencintai kebaikan. Fitrah itu tidak akan pernah berubah, sebagaimana yang diilustrasikan dalam kitab suci Al-Qur’an : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. [ix] Dengan demikian, maka hakikat tobat adalah aktivitas yang fitri atau natural, yakni gerak alami kembali kepada Allah sebagai asal atau sumber kesucian.
Allah sebagai tempat kembali dan sumber segala kesucian menegaskan dalam sebuah hadis qudsi yang dikisahkan oleh Abu Dzar ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : “Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian pelaku dosa kecuali orang yang Aku ma’afkan. Mintalah ampunan kepada-Ku, maka akan Aku berikan ampunan kepadamu. Barangsiapa di antara kamu yakin bahwa Aku mempunyai kekuasaan memberikan ampunan, lalu ia memohon ampunan kepada-Ku, maka dengan kekuasaan-Ku itu, Aku berikan ampunan kepadanya. Kamu sekalian tersesat kecuali orang yang Aku beri hidayah (bimbingan). Mintalah hidayah kepada-Ku, maka akan Aku berikan hidayah kepdamu. Kamu sekalian fakir kecuali orang yang telah Aku jadikan kaya. Mintalah kepada-Ku, maka akan Aku berikan rezeki kepadamu. Walaupun yang hidup dan yang mati, yang dahulu dan yang akhir, yang basah dan yang kering di antara kamu berhimpun dalam hati seorang hamba yang paling bertakwa dari hamba-hamba-Ku, sedikitpun tidak akan dapat menambah kekuasaan-Ku. Demikian pula, walaupun di antara kamu berhimpun dalam diri seorang hamba yang paling celaka (durhaka) dari hamba-hamba-Ku, sedikitpun tidak akan dapat mengurangi kekuasaan-Ku. Dan walaupun yang hidup dan yang mati, yang dahulu dan yang akhir, yang basah dan yang kering di antara kamu berhimpun, lalu setiap orang yang meminta di antara mereka tidak tercapai cita-citanya, tidak akan dapat mengurangi kekuasaan-Ku, kecuali ada seseorang di antara kamu yang melewati tepi pantai, lalu ia membenamkan jarum ke dalamnya, kemudian dengan mudah ia dapat mencabutnya (mengambilnya). Hal yang demikian itu, karena sesungguhnya Aku Maha Pemurah lagi Maha Mulia. Pemberian-Ku adalah seperti dalam firman-Ku. Apabila Aku menghendaki terjadinya sesuatu, hanya Aku katakan kepadanya : Jadilah! maka ia akan terjadi".[x]
Suatu ketika Anas bin Malik berkisah : Saya mendengar Rasulullah bersabda : Allah berfirman : “Hai anak cucu Adam! Sesungguhnya apa yang engkau mohon dan engkau harapkan kepada-Ku tentang pengampunan dosa yang ada padamu, pasti akan Aku berikan ampunan buatmu, dan Aku tidak peduli sebesar apapun dosa itu. Hai anak cucu Adam! Andaikata dosa-dosamu sepenuh awan di langit, lalu engkau memohon ampunan kepada-Ku, pasti Aku berikan ampunan buatmu, dan Aku tidak peduli sebesar apapun dosa itu. Hai anak cucu Adam! Sesungguhnya, andaikata engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu engkau menemui Aku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan menyambutmu dengan ampunan sepenuh bumi”. [xi]
Bertobat adalah salah satu ciri orang yang beriman. Ia segera ingat kepada Allah dan memohon ampunan-Nya apabila ia telah tergelincir dalam perbuatan noda dan dosa. Dalam kitab suci Al-Qur’an diilustrasikan : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji[xii] atau menzalimi dirinya sendiri,[xiii] mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.[xiv]
Dan sebaliknya, salah satu ciri orang yang zalim adalah sikap tidak mau bertobat atau dirinya tidak mau mengakui melakukan perbuatan dosa, sebagaimana diilustrasikan dalam kitab suci Al-Qur’an berkenaan dengan larangan memperolok-olokkan atau menghina orang lain : “….. dan barangsiapa yang tidak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.[xv]
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh untuk dapat mencapai derajat “tobat nashuuha”, yaitu :
1.
Hendaklah terlebih dahulu menyadari bahwa dirinya telah melakukan perbuatan dosa dan tidak memiliki kemampuan untuk menghapuskan noda-noda hitam itu kecuali menyerahkan kepada Allah (taslim fi Allah). Di sini makna tobat lalu menjadi paralel dengan arti islam yang berarti pasrah atau berserah diri.
2.
Harus memiliki hati yang suci dan bersih __ qalbun salim [xvi] __ yaitu jauh dari sifat-sifat tercela seperti riya __ingin disanjung dan dipuji __, membanggakan diri atau sombong dan sifat-sifat tercela lainnya. Sebab Allah hanya akan menerima orang yang datang kepada-Nya dengan hati yang ikhlas untuk mendapatkan rido-Nya.
3.
Memperbanyak memohon ampunan Allah __ beristighfar __ dengan tulus dan ikhlas seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Meskipun beliau telah dijanjikan surga dan terpelihara dari dosa __ ma’shum __ beliau terus bertobat, memohon ampunan Allah dalam sehari tidak kurang dari seratus kali. Hal ini tergambar dalam rekaman sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya aku memohon ampunan kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam satu hari sebanyak seratus kali”. [xvii] Dalam hadis lain yang dikisahkan oleh Abdullah bin ‘Abbas, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang selalu beristighfar (memohon ampunan kepada Allah), maka Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari setiap kesulitan, jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”.[xviii] Pada kesempatan lain Rasulullah saw. bersabda : “Berbahagialah orang-orang yang banyak beristighfar dalam lembaran hidupnya”.[xix]
4.
Memiliki sikap optimisme dengan prasangka positif terhadap Allah, serta adanya harapan dan keyakinan yang mantap bahwa dosanya akan diampuni setelah menyadarinya dengan penuh kejujuran dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi. Allah akan bertindak sesuai prasangka hamba-Nya sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah : “Aku (Allah) adalah seperti yang diprasangkakan hamba-Ku terhadap-Ku”.[xx]
5.
Hendaknya selalu berjuang membiasakan diri melakukan aktivitas yang dapat memberikan manfaat atau perbuatan-perbuatan baik sesuai ketentuan Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya. Dalam kitab suci Al-Qur’an Allah menegaskan, bawa perbuatan-perbuatan yang baik itu akan menghapuskan dosa-dosa yang diakibatkan perbuatan buruk.
Suatu ketika Ibnu Mas’ud berkisah : Ada seorang laki-laki telah mencium seorang wanita, lalu mendatangi Nabi saw. dengan menuturkan peristiwa yang telah terjadi”. Berkenaan dengan peristiwa tersebut, turunlah firman Allah yang artinya : “Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan dari pada malam.[xxi] Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu akan menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.[xxii] Setelah ayat ini turun ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah : Untuk siapakah berlaku masalah ini ya Rasulullah? Beliau menjawab : Untuk semua orang yang mengamalkannya dari umatku.[xxiii] Disinilah, bahwa tobat itu di samping merupakan pencerminan atau refleksi sikap positif bagi orang yang membuat kesalahan atau dosa karena dosanya diampuni Allah, juga merupakan sikap produktif karena Allah berjanji akan mengganti dengan kebaikan-kebaikan. [xxiv]
Amalan orang yang menjalankan tobat biasanya memperbanyak “tasbih” __ Subhaana Allah __, yakni menyucikan Allah dengan harapan dapat kembali kepada kesucian, karena selama itu kita diasumsikan telah berprasangkan buruk kepada Allah, sehingga hidup kita keluar dari aturan-aturan-Nya, yang akhirnya mengantarkan kita hidup dengan penuh noda dan dosa. Selanjutnya memperbanyak “tahmid” __ Alhamdu li Allah __, yakni memuji Allah dengan harapan tertanam keikhlasan semata-semata mencari rido Allah, bukan karena riya (ingin disanjung atau dipuji). Kemudian memperbanyak “tahlil” __ laa ilaaha illa Allah __ yakni berikrar bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah selain Allah, yaitu kalimat tauhid yang berada di atas segala kalimat. Dengan kalimat tauhid itu, kita berusaha memantapkan keyakinan dalam dada kita, bahwa sesungguhnya hanya Allah-lah yang dapat memberikan hidup, mati, rezeki, ampunan. Dan hanya Dia pulalah yang dapat menerima tobat dan memberikan segala sesuatu kepada siapa-pun sesuai kehendak-Nya. Dan juga memperbanyak suara “takbir” __ Allahu akbar __, mengagungkan dan membesarkan nama Allah Yang Mahabesar dan berada di atas segala yang besar. Karena diasumsikan kita telah bersikap sombong kepada Allah dengan melalaikan aturan-Nya. Kemudian kita harus bertekad untuk menjadi hamba-Nya yang taat dan patuh kepada-Nya. Dalam sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Samurah bin Jundub ditegaskan bahwa empat kalimat tersebut termasuk yang paling dicintai Allah, paling utama dan sangat mendasar dalam usaha meraih kembali kesucian.[xxv]
Lalu berdo’a memohon ampunan Allah atas segala dosa dengan memperbanyak “istighfar” __ Astaghfiru Allah __. Firman Allah : “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata : Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya)”.[xxvi]
Kalimat tasbih, tahmid, tahlil dan istighfar seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut dan dilanjutkan dengan do’a :
١- سُبْحَانَ اللهِ, وَالْحَمْدُ ِللهِ, وَلاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ, وَاللهُ اَكْبَرُ, اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظَيْمَ +
Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan yang pantas disembah selain Allah dan Allah Maha Besar, aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Besar.
٢ - اَلّلهُمَّ اَنْتَ رَبِّيْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ, خَلَقْتَنِيْ وَاَنَا عَبْدُكَ وَاَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَاسْتَطَعْتُ, اَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, اَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَاَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَاِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ +
Ya Allah! Engkau Tuhanku, tiada Tuhan yang pantas disembah selain Engkau, Engkau telah menciptakan aku, aku adalah hamba-Mu, dan aku terikat janji dengan-Mu yang aku laksanakan sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui limpahan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku, dan aku mengakui pula dosaku, ampunilah aku, karena tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa itu selain Engkau.[xxvii]
٣ - اَلّلهُمَّ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ +
Ya Allah! tiada Tuhan yang pantas disembah selain Engkau. Engkau Maha Suci dan dengan memuji-Mu, wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, ampunilah dosaku, karena sesungguhnya Engkau sebaik-baik pengampun.
٤- اَلّلهُمَّ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَارْحَمْنِيْ فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ +
Ya Allah! tiada Tuhan yang pantas disembah selain Engkau. Engkau Maha Suci dan dengan memuji-Mu, wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, limpahkan rahmat kasih sayang-Mu, karena sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi rahmat.
٥- اَلّلهُمَّ لاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ تُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ +
Ya Allah! tiada Tuhan yang pantas disembah selain Engkau. Engkau Maha Suci dan dengan memuji-Mu, wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, terimalah tobatku, karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang.[xxviii]
٦- رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ + Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kasih sayang kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang rugi.
[i]. Abdurrahman Arroisi, Da’wah dalam persaudaraan, Diktat, tanpa tahun, hal. 6-8
[ii]. Abi Bakr Ahmad bin Husen bi Ali Al-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubra, jilid 10, Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, Beirut- Lebanon, 1999M/1420H. hal. 260.
عَنْ عُمَر بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ الله عَنْهُ فَيْ قَوْلِهِ عز وجل "تُوْبُوْا اِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا" [التحريم : ٨] قَالَ : هُوَ الرَّجُلُ يَعْمَلُ الذَّنْبَ ثُمَّ لاَ يَعُوْدُ اِلَيْهِ ]رواه البيهقي [
[iii]. QS. At-Tahrim [66] : 8
[iv]. Shahih Muslim, jilid 2, Sulaiman Mara’i, Pinang, Singapura, tanpa tahun, hal. 496.
عَنْ اَبِيْ مُوْسَى قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُوْلُ : اِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِالَّليْلِ لِيَتُوْبَ مَسِيْءَ النَّهَارِ وَ يَبْسُطُ يَدَهُ لِيَتُوْبَ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مَسِيْءَ الَّليْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ]رواه مسلم [
[v]. QS. At-Taubah [9] : 104
[vi]. Al-Baihaqi, jilid 10, Op cit, hal. 259.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ فَقَالَ اَهُ اَبِيْ : اَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ r ؟ قَالَ : نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ r يَقُوْلُ : "اَلنَّدَمُ تَوْبَةٌ" ]رواه البيهقي [
[vii]. Thaghut adalah setan dan apa saja yang disembah selain Allah.
[viii]. QS. Az-Zumar [39] : 17
[ix]. QS. Ar-Rum [30] : 30
[x]. Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, jilid 2, Dar Ihya’ Al-Kutubi Al;-Arabiyah, Al-Babi Al-Halabi, tanpa tahun, hal. 1422.
عَن اَبِيْ ذَرٍّ قال: قال رسولُ الله r اِنَّ الله تبارك وتعالى يقولُ : يَاعِبَادِيْ كُلُّكُمْ مُذْنِبٌ اِلاَّ مَنْ عَافَيْتُ, فَسَلُوْنِيْ الْمَغْفِرَةَ فَاَغْفِرَ لَكُمْ. وَمَنْ عَلِمَ مِنْكُمْ اَنِّيْ ذُوْ قُدْرَةٍ عَلَى الْمَغْفِرَةِ فَاسْتَغْفَرَنِيْ بِقُدْرَتِيْ غَقَرْتُ لَهُ. وَكُلُّكُمْ ضَالٌّ اِلاَّ مَنْ هَدَيْتُ, فَسَلُوْنِيْ الْهُدَى أَهْدِكُمْ. وَكُلُّكُمْ فَقِيْرٌ اِلاَّ مَنْ اَغْنَيْتُ, فَسَلُوْنِيْ اَرْزُقْكُمْ. وَلَوْاَنَّ حَيَّكُمْ وَمَيِّتَكُمْ وَاَوَّلَكُمْ وَ آخِرَكُمْ وَرَطْبَكُمْ وَيَابِسَكُمْ اِجْتَمَعُوْا فَكَانوْا عَلَى قَلْبِ اَتْقَى عَبْدٍ مِنْ عِبَادِيْ لَمْ يَزِدْ فِيْ مُلْكِيْ جَنَاحُ بَعُوْضَةٍ. وَلَوِ اجْتَمَعُوْا فَكَانُوْا عَلَى قَلْبِ اَشْقَى عَبْدٍ مِنْ عِبَادِيْ لَمْ يَنْقُصْ مِنْ مُلْكِيْ جَنَاحُ بَعُوْضَةٍ. وَلَوْاَنَّ حَيَّكُمْ وَمَيِّتَكُمْ وَاَوَّلَكُمْ وَ آخِرَكُمْ وَرَطْبَكُمْ وَيَابِسَكُمْ اِجْتَمَعُوْا, فَسَأَلَ كُلُّ سَائِلٍ مِنْهُمْ مَا بَلَغَتْ اُمْنِيَّتُهُ - مَا نَقَصَ مِنْ مُلْكِيْ اِلاَّ كَمَا لَوْاَنَّ اَحَدَكُمْ مَرَّ بِشَفَةِ الْبَحْرِ فَغَمَسَ فِيْهَا اِبْرَةً ثُمَّ نَزَعَهَا. ذَالِكَ بِاَنِّيْ جَوَادٌ مَاجِدٌ. عَطَائِيْ كَلاَمٌ. اِذَا أَرَدْتُ شَيْئًا فَاِنَّمَا اَقُوْلُ لَهُ : كُنْ فَيَكُوْنُ ] رواه ابن ماجه [
[xi]. Ibnu Saurah, Abi Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, Sunan Al-Tirmidzi, jilid 5, Daru Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon, 1977 M/1408 H, hal. 521.
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ r يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ : يَابْنَ آدَمَ اِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَافِيْكَ وَلاَ اُبَالِيْ. يَابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ اُبَالِيْ. يَابْنَ آدَمَ لَوْ اَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تَشْرِكُ بِيْ شَيْئًا َلأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً ] رواه الترمذي [
[xii]. Yang dimaksud dengan perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba dan lain sebagainya.
[xiii]. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik besar maupun kecil.
[xiv]. QS. Ali-‘Imran [3] : 135
[xv]. QS. Al-Hujurat [49] : 11
[xvi]. QS. Ash-Shaffat [37] : 84 dan Asy-Syu’araa’ [26] : 89
[xvii]. Op cit, Sunan Ibnu Majah, jilid 2, hal. 1254
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قال رسولُ الله r اِنِّيْ َلأَسْتَغْفِرُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةً ]رواه ابن ماجه [
[xviii]. Ibid, hal. 1255
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : مَنْ لَزِمَ اْلإِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا, وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا, وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ ]رواه ابن ماجه [
[xix]. Ibid, hal 1254
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عِرْقٍ قَالَ : سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنِ بُسْرٍ يَقُوْلُ : قالَ النَّبِيُّ r طُوْبَى لِمَنْ فِيْ صَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا ]رواه ابن ماجه [
[xx]. Hussein Bahreisy, Himpunan Hadis Pilihan, Shahih Bukhari, Al-Ikhlas, Surabaya, 1980, hal. 63
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r قَالَ اللهُ تَعَالَى : اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ ]رواه البخاري[
[xxi]. Salat pada kedua tepi siang naksudnya adalah pada tepi yang pertama adalah salat subuh dan pada tepi yang kedua adalah salat zhuhur dan ashar. Dang yang dimaksud dengan salatpada bahagian permulaan malam adalah salat maghrib dan isya’.
[xxii]. QS. Hud [11] :114
[xxiii]. Op cit, Shahih Muslim, jilid 2 hal. 497
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ اَنَّ رَجُلاً اَصَابَ مِنِ امْرَأَةٍ قُبْلَةً فَاَتَى النَّبِيَّ r فَذَكَرَ ذَالِكَ لَهُ قَالَ فَنَزَلَتْ " اَقِمِ الصَّلاَ ةَ طَرَفَيْ النَّهَارَ وَزُلَفًا مِنَ الَّيْلِقلى اِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِقلى ذَالِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِيْنَ " ]رواه مسلم [
[xxiv]. QS. Al-Furqan [25] : 70
[xxv]. Op cit, Sunan Ibnu Majah, jilid 2, tanpa tahun, hal. 1253
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ : اَرْبَعٌ اَفْضَلُ الْكَلاَمِ لاَ يَضُرُّ بِاَيِّهِنَّ بَدَأْتَ : سُبْحَانَ اللهِ, وَالْحَمْدُ ِللهِ, وَلاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ, وَاللهُ اَكْبَرُ ]رواه ابن ماجه [
[xxvi]. QS. Hud [11] : 61
[xxvii]. Ibid, hal. 1274. Do’a ini dikenal dengan nama “Syayyidul istighfar” (Tuannya istighfar).
[xxviii]. Do’a ini termasuk di antara kalimat-kalimat tobat yang diturunkan Allah kepada Nabi Adam, sebagaimana yang dikisahkan oleh Abi Najih yang bersumber dari Mujahid. Hal ini berdasarkan firman Allah : “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima topbatnya. Sesunggunya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah [2] : 37) (Lihat Tafsir Ibnu Katsir jilid 1, Syirkah Al-Nur, Asia, tanpa tahun, hal, 81)